Siapakah Tokoh Yang Dikenal Sebagai Malaikat Jibril Dalam Agama Islam

Syekh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri as-Singkili

Syekh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri as-Singkili (Singkil, Aceh 1024 H/ 1615 M – Kuala Aceh, Aceh 1105 H/ 1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatra dan Nusantara pada umumnya¹. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli tasawuf, ahli fiqih, ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli bahasa¹. Ia pernah belajar di Mekkah selama 20 tahun dan berguru kepada ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Ahmad al-Qusyasyi dan Syekh Ibrahim al-Kurani¹. Ia juga pernah mengajar di Madrasah al-Azhar di Mesir¹.

Syekh Abdurrauf menulis banyak karya ilmiah dalam bahasa Arab dan Melayu. Beberapa karya terkenalnya antara lain:

– Tarjuman al-Mustafid, sebuah kitab tafsir al-Quran yang menggunakan bahasa Melayu¹. – Mir’at al-Tullab, sebuah kitab fiqih yang mengikuti mazhab Syafi’i¹. – Al-Durr al-Nafis, sebuah kitab hadis yang mengandung 40 hadis pilihan¹. – Al-Mawa’iz al-Badi’ah, sebuah kitab tasawuf yang menjelaskan ajaran-ajaran sufi¹.

Syekh Abdurrauf juga dikenal sebagai pendiri tarekat Syattariyah di Nusantara¹. Tarekat ini menekankan pentingnya zikir, ibadah hati, dan pengalaman mistis¹. Syekh Abdurrauf juga mengajarkan konsep wujudiyah, yaitu pandangan bahwa Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan segala sesuatu selain Allah adalah bayangan atau manifestasi dari wujud Allah¹.

Syekh Abdurrauf mendapat gelar Singa Meukuta Alam dari Sultan Iskandar Tsani karena jasanya dalam membela kerajaan Aceh dari serangan Belanda¹. Ia juga mendapat gelar Syaikhul Islam dari Sultan Iskandar Muda karena keilmuan dan kewibawaannya¹. Ia dimakamkan di Kuala Aceh dan makamnya menjadi tempat ziarah bagi banyak orang¹.

Hamzah Fansuri adalah seorang ulama dan sufi besar pertama di Aceh. Ia lahir pada abad ke-16 M dan wafat pada abad ke-17 M². Ia merupakan seorang penulis yang produktif yang mampu menghasilkan karya risalah keagamaan dan juga prosa yang sarat dengan ide-ide mistis². Ia juga menguasai bahasa Arab dan Persia, serta bahasa Urdu².

Hamzah Fansuri dikenal sebagai pengikut faham wujudiyah seperti Syekh Abdurrauf. Ia juga mengagumi ajaran-ajaran Ibn Arabi dan Jalaluddin Rumi². Ia mengembangkan konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud) dan wahdatul syuhud (kesatuan kesaksian) dalam karya-karyanya². Ia juga menulis tentang ilmu suluk (jalan menuju Allah) dan maqamat (tingkatan-tingkatan dalam perjalanan sufi)².

Beberapa karya terkenal Hamzah Fansuri antara lain:

– Syarab al-‘Asyiqin, yang merupakan risalah tasawuf pertama dalam bahasa Melayu yang merupakan ringkasan ajaran faham wujudiyah sebagai pengantar memahami ilmu suluk². – Asrar al-‘Arifin, yang merupakan pandangan falsafahnya tentang metafisika dan teologi sufi, dengan cara menafsirkan untaian syair-syair karangannya menggunakan metode hermeneutika sufi (ta’wil)². – Al-Muntahi, yang merupakan risalah tasawufnya yang paling ringkas namun padat, yang menguraikan pandangan Hamzah Fansuri mengenai ucapan-ucapan syatahat (teofani) sufi yang sering menimbulkan perdebatan di kalangan ulama².

Hamzah Fansuri mendapat banyak pengikut dan pengagum di Nusantara, tetapi juga mendapat banyak penentang dan kritik dari ulama-ulama lain yang tidak sependapat dengan faham wujudiyahnya². Salah satu penentangnya adalah Nuruddin Ar-Raniri, yang menganggap ajaran Hamzah Fansuri sebagai sesat dan menyesatkan². Ar-Raniri bahkan membakar karya-karya Hamzah Fansuri dan mencoba menghapus jejaknya dari sejarah Aceh².

Nuruddin Ar-Raniri adalah seorang ulama dan sastrawan dari Ranir. Ia lahir pada tahun 1568 M di sebuah kota pelabuhan di pantai Gujarat³. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadhramaut. Sedangkan ibunya adalah seorang Melayu³. Ar-Raniri lebih dikenal sebagai ulama besar Melayu-Indonesia daripada India dan Arab³.

Ar-Raniri pernah belajar di Mekkah, Yaman, Mesir, dan Syam. Ia juga pernah mengajar di Madrasah al-Azhar di Mesir³. Ia menguasai berbagai bidang ilmu seperti tafsir, hadis, fiqih, tasawuf, bahasa, sastra, sejarah, astronomi, matematika, dan kedokteran³. Ia juga fasih berbahasa Arab, Persia, Turki, Urdu, Hindi, Melayu, dan Jawa³.

Ar-Raniri datang ke Aceh pada tahun 1637 M atas undangan Sultan Iskandar Tsani. Ia diangkat sebagai Syaikhul Islam dan penasihat sultan dalam urusan agama dan negara³. Ia juga mendapat kepercayaan untuk mengajar di Dayah Raya Baiturrahman, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Aceh³.

Ar-Raniri menulis banyak karya ilmiah dalam bahasa Arab dan Melayu. Beberapa karya terkenalnya antara lain:

– Bustan al-Salatin, sebuah kitab sejarah yang mengisahkan tentang asal-usul manusia, nabi-nabi, dinasti-dinasti Islam, kerajaan-kerajaan Nusantara, dan biografi para sultan Aceh³. – Hujjat al-Siddiq li Daf’ al-Zindiq, sebuah kitab polemik yang menyerang ajaran faham wujudiyah yang dianut oleh Hamzah Fansuri dan pengikutnya. Kitab ini berisi argumentasi-argumentasi rasional dan nash-nash syariat untuk membuktikan kesesatan faham wujudiyah³. – Sirat al-Mustaqim, sebuah kitab fiqih yang mengikuti mazhab Syafi’i. Kitab ini berisi tentang hukum-hukum ibadah dan muamalah sesuai dengan al-Quran dan hadis³. – Lubab al-Muhaddatsin

– Lubab al-Muhaddatsin, sebuah kitab hadis yang mengandung 40 hadis pilihan yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlak, dan tasawuf. – Al-Futuhat al-Makkiyah al-Malayaniyah, sebuah kitab tasawuf yang mengikuti ajaran Junaid al-Baghdadi dan mengkritik ajaran Ibn Arabi. Kitab ini berisi tentang ilmu suluk dan maqamat dalam bahasa Melayu.

Ar-Raniri juga dikenal sebagai seorang penyair yang mahir dalam berbagai bentuk puisi seperti syair, gurindam, seloka, dan pantun. Ia menulis puisi-puisi yang berisi tentang nasihat agama, cinta, dan pujian kepada Allah dan Nabi. Beberapa karya puisinya antara lain:

– Syair Burung Pingai, sebuah syair yang berisi tentang nasihat-nasihat agama yang disampaikan oleh seekor burung pingai kepada manusia. – Syair Siak, sebuah syair yang berisi tentang kisah cinta antara seorang pangeran Siak dengan seorang putri Aceh. – Syair Perahu, sebuah syair yang berisi tentang pujian kepada Allah sebagai pencipta alam semesta dan perahu sebagai lambang perjalanan hidup manusia.

Ar-Raniri wafat pada tahun 1658 M di Aceh. Ia dimakamkan di Peukan Bada dan makamnya menjadi tempat ziarah bagi banyak orang. Ia dianggap sebagai ulama reformis yang berusaha membersihkan ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh sesat dan menyebarkan ilmu pengetahuan di Nusantara.

Sumber: (1) Abdurrauf al-Fansuri – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrauf_al-Fansuri. (2) Sejarah dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Aceh – Akurat.co. https://akurat.co/sejarah-dan-tokoh-penyebar-agama-islam-di-aceh. (3) Islam di Aceh – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Aceh. (4) Seorang Ahli Tasawuf Yang Menyebarkan Islam Di Aceh Adalah?. https://www.bandaacehtourism.com/banda-aceh/seorang-ahli-tasawuf-yang-menyebarkan-islam-di-aceh-adalah.html.

Sebagai umat Muslim, kita diwajibkan untuk meyakini Rukun Iman. Nah, Rukun Iman adalah meyakini dan percaya bahwa sosok-sosok yang disebutkan dalam rukun tersebut benar-benar ada, meskipun tidak dapat dilihat secara kasat mata.

Salah satu Rukun Iman adalah percaya kepada malaikat. Dalam agama Islam, malaikat merupakan makhluk Allah SWT yang diciptakan dari cahaya. Ada ribuan malaikat di dunia yang bertugas membantu Allah SWT. Namun, hanya sepuluh nama malaikat dan tugasnya yang wajib diketahui oleh umat Islam.

Siapa saja nama-nama malaikat tersebut dan apa saja tugasnya? Berikut penjelasannya.

Malaikat Ridwan, bertugas menjaga pintu surga

Kesepuluh, Malaikat Ridwan. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga. Dalam Alquran, surga digambarkan sebagai tempat yang indah dan merupakan hadiah bagi mereka yang selalu beriman kepada Allah SWT selama hidupnya.

Itu dia 10 nama-nama malaikat dan tugasnya yang diyakini dalam Islam. Semoga bisa menambah keimanan kita terhadap Allah SWT.

ﻋﻦ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﻌﺪ ﻗﺎﻟﺖ: ﻗﻠﺖ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻫﻞ ﻳﺮﻗﺪ اﻟﺠﻨﺐ؟ ﻗﺎﻝ ” ﻣﺎ ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﻳﺮﻗﺪ ﺣﺘﻰ ﻳﺘﻮﺿﺄ، ﻓﺄﻧﻰ ﺃﺧﺎﻑ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﻓﻰ ﻓﻼ ﻳﺤﻀﺮﻩ ﺟﺒﺮﻳﻞ

Artinya: Diriwayatkan dari Maimunah binti Sa’ad berkata: Saya berkata,”Wahai Rasulullah, Apakah orang yang sedang junub boleh tidur? Nabi menjawab, ‘Saya senang bila seorang yang junub tidur setelah ia berwudu terlebih dahulu, karena saya khawatir bila ia dicabut nyawa, sedangkan Malaikat Jibril tak mau mendatanginya.” (HR. at-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir).

Dari penjelasan hadis di atas dapat dipahami bahwa Malaikat Jibril akan mendatangi kematian orang Mukmin dalam keadaan suci. Dalam fatwa Darul Ifta Mesir dijelaskan bahwa argumentasi tentang turunnya Jibril setelah Nabi Muhammad tidak termasuk ke dalam bagian pokok akidah Islam, tetapi untuk memberi motivasi akan pentingnya bersuci, terutama ketika menjelang ajal menjemput, karena  Jibril akan mendatanginya.

Pandangan ulama seperti Imam Suyuthi membuka wawasan bahwa tugas Malaikat Jibril tidak sepenuhnya selesai dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Meskipun wahyu tidak lagi turun, Jibril masih memiliki peran dalam kehidupan umat manusia, terutama dalam momen-momen penting seperti menghadapi kematian. Pandangan ini mengajarkan umat Islam untuk tidak membatasi kebesaran Allah dalam mengatur makhluk-Nya.

Hadis tentang  Jibril dan orang junub menyimpan hikmah mendalam, yakni mengingatkan umat Islam akan pentingnya persiapan menuju kehidupan akhirat. Persiapan ini mencakup menjaga kesucian, memperbanyak amal ibadah, dan selalu berada dalam keadaan siap menghadapi ajal. Dengan memahami hal ini, seorang Muslim dapat menjalani kehidupannya dengan lebih hati-hati dan penuh kesadaran.

Malaikat Jibril adalah makhluk Allah yang taat dan memiliki tugas yang sangat mulia. Meskipun tugas utama menyampaikan wahyu telah berakhir, beberapa hadis dan penjelasan ulama menunjukkan bahwa kehadirannya masih relevan dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk senantiasa menjaga kesucian dan ketaatan kepada Allah, baik dalam keadaan hidup maupun menjelang kematian.  Wallahu a’lam

Tampilkan Bahasa Isyarat Saja

Hanya Bisa Download Publikasi

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Malaikat adalah makhluk suci dan mulia yang menjadi utusan Allah SWT. Malaikat memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Meyakini dan mengimani keberadaan malaikat termasuk rukun iman yang kedua. Selain mengimani keberadaannya, umat muslim harus mengetahui nama-nama malaikat dan tugasnya.

Keimanan terhadap malaikat wajib diajarkan orangtua kepada anak meskipun sosok malaikat tak bisa dilihat secara kasatmata. Dalam agama Islam, malaikat diciptakan dari cahaya dan semua muslim wajib beriman kepadanya.

Malaikat juga merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang selalu taat terhadap perintah-Nya. Sebenarnya ada ribuan malaikat, tapi hanya ada 10 nama-nama malaikat dan tugasnya yang wajib diketahui dalam agama Islam.

Siapa saja nama malaikat Allah yang wajib dipercaya dalam agama Islam dan apa saja tugasnya? Berikut penjelasan Popmama.com.

Malaikat Raqib, bertugas mencatat amal baik manusia selama hidup di dunia

Ketujuh, Malaikat Raqib. Kehadiran Malaikat Raqib bertugas mencatat semua amal baik manusia selama masih hidup di dunia. Dikisahkan dalam Alquran, catatan amal baik yang dibuat oleh Malaikat Raqib ini nantinya menjadi penyelamat dan pertimbangan seseorang untuk masuk surga.

Tugas dari Malaikat Raqib dan Atid ini termaktub dalam Surat Al Qaf ayat 17 dan 18:اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌArtinya: "(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. Qaf: 17).مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌArtinya: "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf: 18).

Malaikat Malik, bertugas menjaga pintu neraka

Kesembilan, Malaikat Malik. Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka. Dikisahkan dalam Alquran, sosok Malaikat Malik adalah kasar dan keras. Malaikat Malik bertugas demikian sesuai dengan perintah Allah SWT. Hal ini sesuai dengan deskripsi Surat At-Tahrim ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Surat At-Tahrim: 6)

Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Rasul-Rasul Allah SWT

Pertama, ada Malaikat Jibril. Malaikat Jibril memiliki tugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada Rasul-Rasul-Nya. Pada zaman modern ini sudah tidak ada lagi Nabi atau Rasul. Sebab, Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir sudah meninggal dunia ribuan tahun silam.

Maka dari itu, selain menyampaikan wahyu, tugas Malaikat Jibril saat ini adalah meniupkan roh ke dalam janin yang ada di dalam kandungan.

Dalil yang memaktubkan tugas Malaikat Jibril tertulis pada Surat Asy Syuara ayat 193 dan Surat An Nahl ayat 102. Berikut adalah bunyinya:

نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙArtinya: "Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril)." (QS. Asy Syuara: 193).

قُلْ نَزَّلَهٗ رُوْحُ الْقُدُسِ مِنْ رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَArtinya: "Katakanlah, "Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An Nahl: 102)

Malaikat Mikail, bertugas memberikan rezeki kepada makhluk hidup di bumi

Kedua, Malaikat Mikail. Malaikat Mikail bertugas memberikan rezeki kepada setiap makhluk hidup di bumi. Semua makhluk hidup, bukan hanya manusia, tetapi hewan, tumbuhan dan lainnya, memang akan mendapatkan rezekinya masing-masing melalui Malaikat Mikail.

Tak cuma memberikan rezeki, atas izin Allah SWT, Malaikat Mikail juga bertugas mengatur panas, hujan dan tanaman yang ada di bumi.

Keberadaan Malaikat Mikail tercantum dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 98:

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: "Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah: 98)

Malaikat Israfil, bertugas menjaga dan meniup sangkakala pada hari kiamat

Ketiga, Malaikat Israfil. Malaikat Israfil bertugas menjaga dan meniup sangkakala pada hari kiamat. Sangkakala adalah sejenis terompet sebagai penanda hari kiamat.

Jika Allah SWT telah memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala, maka terjadilah kiamat dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan mati.

Tak hanya satu kali, Allah SWT akan memerintahkan kembali Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala kedua kalinya. Tiupan sangkakala kedua membangunkan kembali seluruh makhluk hidup dan disebut sebagai Hari Kebangkitan.

Tugas Malaikat Izrafil sebagai peniup sangkakala tertuang dalam Surat Az Zumar ayat 68 yang berbunyi:

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَArtinya: "Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)." (QS. Az Zumar: 68).

Malaikat Munkar, bertugas menanyai orang di dalam kubur yang berbuat keburukan

Kelima, Malaikat Munkar. Setelah nyawa manusia dicabut oleh Malaikat Izrail dan ia meninggal dunia, maka di dalam kubur, manusia akan bertemu dengan Malaikat Munkar. Malaikat Munkar akan bertanya soal keimanan dan mendatangi manusia yang seringkali berbuat keburukan dalam hidupnya.

Dalam Alquran dideskripsikan, Malaikat Munkar adalah sosok menyeramkan yang membawa palu godam sebagai senjatanya. Ia akan bertanya kepada manusia dan jika sang manusia tersebut tidak dapat menjawab, Malaikat Munkar akan memukul kepala manusia itu menggunakan senjatanya hingga hancur.

Tak berhenti, manusia itu akan dibangkitkan kembali dan ditanya pertanyaan yang sama. Malaikat Munkar akan memukulkan senjatanya jika manusia tidak bisa menjawab. Begitu seterusnya hingga Hari Kebangkitan tiba.

Malaikat Jibril adalah salah satu malaikat utusan Allah untuk mengerjakan suatu urusan di bumi. Lantas apa tugas Malaikat Jibril?

Malaikat Jibril memiliki banyak nama panggilan, di antaranya adalah Ar Ruh, Al Amin, dan Ruh Al Qudus, seperti yang dikutip dari buku 'Malaikat dalam al-Qur'an: Yang Halus dan Tak Terlihat' yang ditulis oleh cendekiawan muslim Quraish Shihab.

Selain itu, menurut buku Makalah Pendidikan Agama Islam (PAI) Iman Kepada Malaikat yang ditulis oleh Ahmad Sandi M.M dan Moh. Rizki Abdulloh, Malaikat Jibril juga dikenal sebagai penghulu para malaikat. Sebab Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada para nabi dan rasul-Nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tugas Malaikat Jibril juga termaktub dalam firman Allah QS. Al Baqarah ayat 97-98 yang berbunyi:

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman'. (QS. Al Baqarah: 97-98).

Tugas Malaikat Jibril tidak hanya menyampaikan wahyu kepada Rasul, tetapi juga mengajarkan agama melalui Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-sahabat Rasul. Selain itu, masih melansir dari buku yang sama, Malaikat Jibril juga yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa A.S kepada ibunya, Maryam.

Malaikat Jibril merupakan satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al Quran, yaitu QS. At Tahrim ayat 4 dan ayat di atas, QS. Al Baqarah ayat 97-98.

Allah SWT pun menegaskan tentang Malaikat Jibril dalam Surat Asy Syuara ayat 193 dan Surat An Nahl ayat 102 dengan menggunakan nama panggilannya, yaitu ar-Ruh al-Amin dan Rohulkudus.

نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙ

Artinya: "Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril)." (QS. Asy Syuara: 193).

قُلْ نَزَّلَهٗ رُوْحُ الْقُدُسِ مِنْ رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

Artinya: "Katakanlah, "Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An Nahl: 102).

Itu tadi penjelasan singkat tentang Malaikat Jibril yang bertugas sebagai penyampai wahyu. Semoga bermanfaat!

tirto.id - Dalam agama Islam, salah satu dari 10 malaikat yang diketahui nama dan tugasnya adalah Jibril. Tugas malaikat Jibril adalah untuk menyampaikan wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul.

Kemudian, sepeninggal nabi dan rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, apakah malaikat Jibril masih memiliki tugas lain?

Muncul anggapan bahwa malaikat Jibril tidak lagi turun ke langit dunia setelah menyampaikan wahyu terakhir. Mengutip laman NU, anggapan tersebut ditepis oleh Syekh Jalaluddin As Suyuthi. Menurutnya, malaikat Jibril masih memiliki tugas lain di samping menyampaikan wahyu.

Allah menciptakan setiap malaikat lengkap dengan kedudukannya masing-masing. Dalam Al Quran surah Al Saffat ayat 164, Allah berfirman, "Dan tidak satupun di antara kami (Malaikat) melainkan memiliki kedudukan tertentu." Malaikat Jibril secara umum diberi tugas menyampaikan wahyu dan risalah kenabian, sekaligus berhubungan secara personal dengan para nabi dan rasul.

Malaikat Jibril dinamakan dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4. Di dalam Al Quran.

Jibril memiliki beberapa nama lain, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan yang lain.

Sementara itu, dalam Jurnal Al Wajid Vol.1 No.2 Halaman 195-210 (Desember 2020) disebutkan, tugas malaikat Jibril setelah kenabian yang diketahui petunjuknya dari Al Quran dan As Sunnah yakni sebagai berikut:

1. Mendampingi orang yang sakaratul maut dalam keadaan bersuci

Dalam buku Syarah Nuruzh Zhalam ala Aqidati Awam karya Syekh M Nawawi Banten, As Suyuthi mengatakan jika Jibril turut hadir pada seseorang yang menghadapi sakaratul maut dalam keadaan suci karena berwudhu.

Sebuah riwayat dalam hadits menyebutkan, ada empat malaikat yang mendapat tugas untuk mengelola dunia. Di antara mereka adalah malaikat JIbril dengan salah satu tugasnya untuk mengurusi angin.

Malaikat Mikail ditugasi mengurus hujan dan tumbuhan. Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa. Semetara malaikat Israfil menyampaikan perintah pada mereka.

Ibnu Abi Hatin dan Abu Syekh meriwayatkan dalam kitab Al-Uẓamah dan Al-Baihaqī dalam kitab Syu'abul Iman, dari Ibnu Sabit berkata, "Empat Malaikat yang mengurusi urusan dunia yaitu Jibril, Mikail, malaikat maut, dan Israfil. Jibril diserahi untuk mengatur angin dan para tentara, Mikail diserahi untuk mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan, malaikat maut diserahi untuk mencabut nyawa, sedangkan Israfil diserahi tugas menyampaikan perintah kepada mereka”.(HR. al-Baihaqi No. 294)

3. Memenuhi dan menahan hajat manusia

Allah telah menugaskan malaikat Jibril dalam urusan memenuhi dan menahan hajat manusia. Allah menyukai lantunan doa orang mukmin, sehingga Jibril diperintahkan untuk menahan hajat orang itu. Sebaliknya, Allah tidak menyukai lantunan doa orang kafir sehingga Jibril diperintahkan untuk segera memenuhi hajat itu.

Dalam sebuah hadits yang disampaikan dari Sabit, dia berkata, "Telah sampai kepadaku riwayat yang menyatakan bahwa Allah mendelegasikan malaikat Jibril dalam urusan memenuhi hajat hidup manusia. Apabila seorang mukmin berdoa, maka Allah pun berkata kepada Jibril, 'Wahai Jibril! Tahan dulu untuk memenuhi hajatnya karena Aku sungguh sangat senang mendengar lantunan doanya'. Apabila orang kafir berdoa, Allah pun berkata kepadanya, 'Wahai Jibril! Penuhi apa yang menjadi hajatnya karena sesungguhnya Aku tidak suka mendengar lantunan doanya'."(HR. Al Baihaqi No.32)

4. Hadir dalam Lailatul Qadar

Pada laman SDIT Al Hasanah Bengkulu disebutkan, Jibril turut memiliki peran penting saat hadirnya Malam Qadar (Lailatul Qadar) di setiap akhir bulan Ramadan. Malam yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan itu, seluruh malaikat akan turun ke Bumi dengan membawa rahmat. Dan, malaikat yang menjadi pemimpinnya adalah Jibril.

Peristiwa ini juga menjadi petunjuk bahwa Jibril masih turun ke dunia untuk tugas lainnya. Al Quran memberikan petunjuk tentang kehadiran Jibril saat Lailatul Qadar melalui surah Al Qadr ayat 4. Pada kata "ruh", mayoritas ulama berpendapat bahwa itu adalah nama dari malaikat Jibril yang menjadi pemimpin atas malaikat lainnya.

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan” (QS Al Qadr: 4).

tirto.id - Pendidikan

Kontributor: Ilham Choirul AnwarPenulis: Ilham Choirul AnwarEditor: Yulaika Ramadhani

SIAPAKAH sosok malaikat pencabut nyawa dalam ajaran Islam? Simak jawabannya secara jelas berikut ini.

Dilansir laman Konsultasi Syariah, Ustadz Ammi Nur Baits ST BA mengungkapkan bahwa sosok malaikat pencabut nyawa menurut ajaran Islam adalah malaikat maut. Hal ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala jelaskan dalam ayat suci Alquran:

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

"Katakanlah: 'Malaikat Maut yang diserahi untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan'." (QS As-Sajdah: 11)

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menceritakan proses kematian hamba yang beriman. Beliau mengatakan:

ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ

"Kemudian datanglah Malaikat Maut 'alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, 'Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya'." (HR Ahmad nomor 18543, Abu Dawud: 4753, dishahihkan Syekh Syuaib Al Arnauth)

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Lalu yang menjadi pertanyaan, selama ini masyarakat mengenal malaikat pencabut nyawa bernama Izrail, apakah benar?

"Nama yang diberikan oleh Allah dalam Alquran dan yang disebutkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits untuk malaikat pecabut nyawa adalah Malaikat Maut," jelas Ustadz Ammi.

"Sementara nama Izrail, ditegaskan para ulama ahli hadits, tidak didukung oleh dalil baik dari Alquran maupun sunnah," imbuhnya.

Dalam Aqidah Thahawiyah dinyatakan:

ونؤمن بملك الموت الموكل بقبض أرواح العالمين

"Kami beriman dengan Malaikat Maut yang bertugas mencabut seluruh alam."

Dalam catatan kaki Aqidah Thahawiyah, Imam al-Albani menyatakan:

هذا هو اسمه في القرآن، وأما تسميته بـ “عزرائيل” كما هو الشائع بين الناس فلا أصل له، وإنما هو من الإسرائيليات

"Nama ini (Malaikat Maut) itulah nama yang ada dalam Alquran. Sementara nama Izrail, yang terkenal di masyarakat, tidak ada dasarnya. Ini adalah nama yang bersumber dari berita israiliyat. (Takhrij At-Thahawiyah)."

Demikian pula yang disampaikan Imam Ibnu Utsaimin dalam Liqa Bab al-Maftuh, volume 16:

وأما ملك الموت فأنه لا يصح تسميته بعزرائيل، وإنما يقال فيه مللك الموت كما قال الله عز وجل “قُلْ يَتَوَفَّاكُم مَّلَكُ المَوْتِ الَّذِي وَكِّلَ بِكُمْ” ولم يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم أن اسمه عزرائيل

"Tentang malaikat kematian, tidak ada dalil yang shahih mengenai nama Izrail. Nama yang benar adalah Malaikat Maut. Sebagaimana yang difirmankan Allah (yang artinya), Katakanlah: 'Malaikat Maut yang diserahi untuk mencabut nyawa kalian. Dan tidak terdapat riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa nama malaikat ini adalah Izrail." (Liqa Bab al-Maftuh, VI)

"Sepeti itulah sikap yang diajarkan para ulama. Mereka menggunakan nama seperti yang disebutkan dalam Alquran. Dan menghindari istilah yang tidak didukung oleh dalil," terang Ustadz Ammi Nur Baits.

"Setidaknya kita bisa menjamin bahwa keyakinan kita tentang malaikat pencabut nyawa adalah keyakinan yang sesuai dengan Alquran dan hadits," pungkasnya.

Wallahu a'lam bisshawab.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Aceh. Islam di Aceh tidak hanya berkembang sebagai agama, tetapi juga sebagai sumber ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan politik. Berikut adalah beberapa tokoh penyebar agama Islam di Aceh yang berperan penting dalam sejarah Aceh dan Nusantara.

Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa makhluk hidup

Keempat, Malaikat Izrail. Jika Malaikat Jibril bertugas memberikan roh atau nyawa kepada janin, maka tugas Malaikat Izrail adalah kebalikannya.

Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa. Bukan hanya manusia, seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan didatangi Malaikat Izrail jika waktu kematiannya telah tiba.

Meski demikian, nama Malaikat Izrail tidak tertulis dalam Alquran maupun hadist mana pun. Yang tercantum adalah tugasnya dalam mencabut nyawa manusia. Ini tercatat dalam QS As Sajdah ayat 11:قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَArtinya: "Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan." (QS. As Sajdah: 11).